if i die or something happen...


serem yah subjectnya?

 

Gw mau sharing pengalaman temen gw.
Hampir setahun yang lalu ayahnya temen gw meninggal dunia. Kepergiannya agak mengagetkan buat dia dan keluarga, karena beliau ga menderita penyakit tertentu.

Hari itu seperti biasa beliau pergi dalam keadaan sehat walafiat. Tiba-tiba telefon dari temen kantor ayahnya mengabarkan kalau beliau meninggal dunia. Ternyata serangan jantung. Tanpa pertanda sebelumnya, hidup mereka berubah sejak itu.
Pasalnya selama ini keuangan keluarga semua ditangani oleh ayahnya. Karena ayah temen gw itu adalah tulang punggung keluarga.
Tabungan, simpanan, surat-surat, semuanya cuma sang ayah yang tau. Tanpa petunjuk yang cukup, temen gw sebagai anak tertua berusaha mencari surat-surat penting untuk menghidupi keluarga sepeninggal ayahnya. Ia menemukan buku tabungan, kartu Atm dan lain-lain.

Tapi ternyata ga semudah itu semuanya bisa berpindah ke ahli waris. Temen gw itu adalah warga negara indonesia keturunan (bukan tionghoa). Jadi gak tau kenapa pengurusan surat kematian aja dibuat susah untuknya.
Keluarga yang sedang terkena musibah itu seperti ga berhenti mendapat cobaan. Birokrasi yang berbelit-belit dan harus bayar ini dan itu. Mungkin karena dari penampilannya ia terlihat berada. Masalah ga sampai disitu, ternyata Bank tidak mengijinkan pindahtangan tabungan ke ahli waris tanpa surat wasiat resmi yang dibuat di notaris.
Ga ada surat wasiat dan ga tau pin ATM almarhum ayahnya, sementara pengeluaran untuk pemakaman dan pembuatan surat-surat begitu besar.
Untung temen gw itu dan ibunya masih punya tabungan sendiri, walaupun ga seberapa.

***

Dia bilang hal-hal seperti ini buat kita pasti ga pernah terbayang.
Siapa yang tau umur kita dan apa yang akan terjadi nanti.
Dia cuma ngingetin sebaiknya bilang sama ayah atau ibu gw soal ini. Soal pentingnya surat wasiat. Atau paling enggak pentingnya keterbukaan dalam keluarga.

Misalnya suami sharing ke istrinya soal keuangan dan sebaliknya. Kalau tiba-tiba suaminya meninggal dunia, istrinya ga akan terlalu kesulitan soal surat-surat penting dan keuangan.
Atau soal hutang dan cicilan, kalau nanti salah satu meninggal, tanggungan kan beralih ke ahli warisnya. Kalau gak tau soal utang yang harus dibayar, gimana melunasinya? yang ada nanti malah timbul masalah baru karena tagihan yang menumpuk dan ga terbayar.

Jadi keterbukaan sebagai alternatif surat wasiat itu perlu.
Keterbukaan dari orang tua ke anak-anaknya juga gak kalah penting.
Bukannya mau mendahului takdir Tuhan atau apa, tapi yang namanya tindakan antisipasi kan perlu. Kita ga pernah tau kapan kita "dipanggil" yang Maha Kuasa.
btw, tulisan gw sama sekali ga bermaksud mengatakan kalau ditinggal orang yang kita cintai bisa digantikan dengan limpahan materi. Tapi sebaliknya, kenapa kita gak persiapkan yang terbaik bila kita harus meninggalkan orang yang kita cintai.
Dear God, jadikan lah aku mati dalam keadaan terbaik, dalam keadaan dekat denganmu. amin.


yah...., jadi sedih deh  *sandradewi on quickie express mode*

Komentar

  1. Ahhh, terlalu berprasangka nihh.. okelah setuju dengan kebrengsekan para penguasa, terutama bahkan dalam hal2 spt ini (baca: musibah). Tapi bahkan gue yg pribumi dan muslim pun juga mengalami hal dipersulit ini saat mengurus kematian orang tua.

    Jadi ini masalah mental birokrasi yg bobrok saja, bukan soal rasisme.

    BalasHapus
  2. kematian memang enggak pernah kenal kompromi, neng....
    good share. Tfs :)

    BalasHapus
  3. mungkin iyah, gw sih cuma menyampaikan apa yang temen gw ceritain

    BalasHapus
  4. gw juga pernah berpikir hal2 kek gini.
    hmm..... surat wasiat gw nanti isinya apa yaa...:)

    BalasHapus
  5. salah satu jalan yang terbaik adalah. ..
    EX : rumah atas nama istri, mobil atas nama suami..
    jadi disini ada pembagian yang jelas..
    karena jika ada sita dari pihak bank(jika sang suami berhutang kepada pihak bank)
    harta atas nama istri tidak akan diganggu gugat..
    sekarang bokap g malah menerapkan 1 tabungan khusus yang g pegang atas nama g untuk biaya pendidikan adik2 g yang masih sekolah.In case terjadi hal yang tidak diinginkan..(Semoga jangan)...masih ada simpanan untuk biaya pendidikan adik2 g dan keluarga g.. I Mean..harus ada 1 orang anak yang dipercaya oleh sang ayah..untuk menjaga simpanan tersebut...

    BalasHapus
  6. Ay..g ga bisa baca tulisan loh hiks...

    BalasHapus
  7. ayu, thanks for sharing :)

    wen, kenapa ga bisa baca?

    BalasHapus
  8. makasih yu, padahal hr ini juga entah kenapa lagi mengingat2 umur yang ga seberapa..semoga bisa khusnul khotimah ya

    BalasHapus
  9. jd inget waktu nyokap wkt mau brgkt umroh, segala tetek bengek itu "dipersiapkan" . ;-))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

i could never be your woman

Biar jadi rahasia kita

Belajar lagi