Melihat kembali niat
Sering kali kita berbuat baik pada orang lain, apakah itu menolongnya saat dalam kesulitan, atau mengikut sertakannya dalam kebahagiaan kita, memikirkan atau sekedar mendoakan yang terbaik untuk orang lain tersebut. Saat itu kita lakukan dengan ikhlas. Dengan senang hati karena ada kedekatan emosional. Misalnya pada keluarga, tetangga, teman dekat atau teman lama.
Namun ketika suatu hari orang tersebut tidak melakukan hal yang sama menurut kita, kita akan cenderung mengingat kembali kebaikan kita dulu.
Misalnya dulu waktu ia sakit kita rawat, kita bantu kadang dengan mengorbankan waktu dan tenaga kita, eh pada saat musibah terjadi pada kita, orang terdebut tidak melakukan hal yang sama.
Atau pada saat kita punya rejeki atau ada acara bersenang-senang, kita ajak mereka ikut serta. Eh pada saat mereka ada rejeki atau ada acara, mereka lupa pada kita.
Sebenernya, yang salah adalah yang menengok kembali kebaikan. Ketika kita merasa melakukan kebaikan, dan ikhlas ya sudah ikhlaskan. Jangan ketika kita kecewa kita ungkit lagi. Sudah kecewa, perbuatan kita terdahulu mungkin gak akan jadi pahala.
Memang manusia tempatnya lupa.
Sering sekali saya lihat di sosial media temen-temen menulis status... "cukup tau aja, dulu susah gw tolong, sekarang seneng boro-boro inget" dan status semacam itu.
Saya sendiri pun dulu sering banget merasa seperti itu. Dan gak pernah jadi pelajaran walau terjadi berulang-ulang.
Saya dibesarkan dengan contoh dari orangtua saat ada temen kita yang kesusahan kita bantu. Saat kita ada acara, jangan lupakan temen-temen. Makanya saya suka mengajak orang lain kalo ada acara yang saya buat. Tapi terus terjadi dari jaman saya masih kerja kantoran. Ramah-ramah sama temen kerja, berbagi, memberi. Tapi saat mereka punya kesenangan, saya terlupakan.
Terjadi juga di lingkungan rumah, bertetangga. Saya memang bukan tipe orang yang suka "nongkong" lama-lama ngobrol. Karena biasanya ujungnya ngomongin orang. Ghibah. Yang dalam Islam dosanya seperti memakan bangkai sodara sendiri. Dan siksaan di akhirat begitu pedih. Audzubillahiminzaliq. Semoga kita semua terhindar dari api neraka.
Mungkin karena kebiasaan jarang nongkrong itu jadi saya cenderung tidak diingat. Atau mungkin saya dianggap gak asik 😅
My husband simply said: then youre "not invited" udah gitu aja.
Saya mengobati diri dengan berfikir, mungkin Allah ingin menyelamatkan saya dari sesuatu yang kurang baik.
😘😘
- Posted using BlogPress from my iPhone
Namun ketika suatu hari orang tersebut tidak melakukan hal yang sama menurut kita, kita akan cenderung mengingat kembali kebaikan kita dulu.
Misalnya dulu waktu ia sakit kita rawat, kita bantu kadang dengan mengorbankan waktu dan tenaga kita, eh pada saat musibah terjadi pada kita, orang terdebut tidak melakukan hal yang sama.
Atau pada saat kita punya rejeki atau ada acara bersenang-senang, kita ajak mereka ikut serta. Eh pada saat mereka ada rejeki atau ada acara, mereka lupa pada kita.
Sebenernya, yang salah adalah yang menengok kembali kebaikan. Ketika kita merasa melakukan kebaikan, dan ikhlas ya sudah ikhlaskan. Jangan ketika kita kecewa kita ungkit lagi. Sudah kecewa, perbuatan kita terdahulu mungkin gak akan jadi pahala.
Memang manusia tempatnya lupa.
Sering sekali saya lihat di sosial media temen-temen menulis status... "cukup tau aja, dulu susah gw tolong, sekarang seneng boro-boro inget" dan status semacam itu.
Saya sendiri pun dulu sering banget merasa seperti itu. Dan gak pernah jadi pelajaran walau terjadi berulang-ulang.
Saya dibesarkan dengan contoh dari orangtua saat ada temen kita yang kesusahan kita bantu. Saat kita ada acara, jangan lupakan temen-temen. Makanya saya suka mengajak orang lain kalo ada acara yang saya buat. Tapi terus terjadi dari jaman saya masih kerja kantoran. Ramah-ramah sama temen kerja, berbagi, memberi. Tapi saat mereka punya kesenangan, saya terlupakan.
Terjadi juga di lingkungan rumah, bertetangga. Saya memang bukan tipe orang yang suka "nongkong" lama-lama ngobrol. Karena biasanya ujungnya ngomongin orang. Ghibah. Yang dalam Islam dosanya seperti memakan bangkai sodara sendiri. Dan siksaan di akhirat begitu pedih. Audzubillahiminzaliq. Semoga kita semua terhindar dari api neraka.
Mungkin karena kebiasaan jarang nongkrong itu jadi saya cenderung tidak diingat. Atau mungkin saya dianggap gak asik 😅
My husband simply said: then youre "not invited" udah gitu aja.
Saya mengobati diri dengan berfikir, mungkin Allah ingin menyelamatkan saya dari sesuatu yang kurang baik.
😘😘
- Posted using BlogPress from my iPhone
Komentar
Posting Komentar